Rabu, 04 Juni 2014

DAFTAR RIWAYAT HIDUP



Nama
Alamat

Tempat, Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Status
Pendidikan Terakhir
IPK
Alamat E-mail
Blog Pribadi
Tinggi/Berat   

: Lailatul Chofifah
: Ds. Boro RT/13 RW/03
  T
anggulangin – Sidoarjo, Jawa Timur
: Sidoarjo, 4 Mei 1991
: Perempuan
: Belum Menikah
: S1
: 3.24 (Scala 4.00) dengan 152 SKS
: nengchofifah@gmail.com
: lailatul-chofifah.blogspot.com
: 164 cm / 54 kg

Profil Pribadi :
Saya lulusan UNESA (Universitas Negeri Surabaya) jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Saya orang yang ramah, pekerja keras, teliti, memiliki motivasi besar untuk berkembang dan maju serta sangat terbuka dan cepat untuk mempelajari hal – hal baru. Saya siap untuk bekerja sesuai target. Saya orang yang mudah bergaul sehingga saya bisa bekerja dengan sangat baik dalam tim ataupun secara individu. Saya juga memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Selain itu, saya dapat mengoperasikan komputer (MS. Office) dan internet.

Riwayat Pendidikan :
1.      TK Ma’arif NU Ngaban – Tanggulangin (1995 – 1997)
2.      SDS Ma’arif NU Ngaban – Tanggulangin (1997 – 2003)
3.      SMPN 1 Tanggulangin (2003 – 2006)
4.      SMAN 1 Porong (2006 – 2009)
5.      UNESA (Universitas Negeri Surabaya) (2009 – 2013)


Pengalaman Bekerja:
      1.      NATYA ENGLISH PLUS (2011 – 2012)
      2.      ESLC Sidoarjo (2011 – 2013)
      3.      HENIALIS (2012 – 2013)
      4.      PPL UNESA (July 16, 2012 - September 15, 2012)


Pengalaman Organisasi :
Fatayat NU:
1.      Anggota (2009 – 2010)
2.      Pengurus Ranting dan Anak Cabang (2009 – 2013)
3.      Ketua Ranting dan Pengurus Anak Cabang bidang Sosial, Seni dan Budaya. (Sekarang)
4.      Sekretaris Panitia Peringatan Harlah Fatayat NU (15 Mei 2014)

Seminar, Kompetisi, Training
Keterangan
Tempat
Tahun
Kompetisi: “Juara 1 Lomba Pidato Tingkat TPQ”
Tanggulangin
2004
Kompetisi: “Octo Finalist of Debate Contest Dekan Cup High School Competition”
English Festival – Fakultas Bahasa – UNAIR
2008
Kompetisi: “Participant of Hortatory Presentation competition”
Fakultas Bahasa – Universitas Dr. Soetomo
2008
Training: “Participant of PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) UNESA”
UNESA
2009
Training: “Pelatihan Belajar Efektif-Menyambut Generasi Gemilang”
Auditorium FBS – UNESA
2009
Training: “ LKMM-TD (Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar)
Fakultas Bahasa dan Seni – UNESA
2009
Training: “Ta’limul Qiroatil Quran”
UNESA
2010
Training: “Diklat MC PAC FATAYAT NU”
Kantor MWC NU Tanggulangin – Sidoarjo
2010
Seminar: “Study Aboard: Sebuah Pintu Menuju Kemajuan Indonesia”
UNESA
2011
Kompetisi: “Juara 2 Lomba MC PAC FATAYAT NU Tanggulangin”
PAC FATAYAT NU TANGGULANGIN
2012
Seminar: “Seminar Menulis: POSEIDON 2013”
ITS
2013
Kompetisi: “Juara 2 Lomba Paduan Suara Mars IPNU – IPPNU PC Sidoarjo”
Dinas Pariwisata Kabupaten Sidoarjo
2014

Minggu, 13 Januari 2013

BESARKAN HATI PARA PENERUS BANGSA INDONESIA



Oleh : Lailatul Chofifah
15:01 13/01/2013

“Yang mendapatkan peringkat pertama adalah Si-A, yang mendapat peringkat ke dua adalah Si-B, yang mendapat peringkat ketiga adalah Si-C, dan yang mendapatkan peringkat ke sepuluh adalah si Fulan. Yang tidak termasuk dalam peringkat sepuluh besar adalah anak yang bodoh dan tidak memperhatikan bu guru”.
            Begitulah sepenggal cerita yang pada hari Selasa, 8 Januari 2013 lalu saya dengar dari seorang murit kursus-an saya yang bernama Nazma. Awalnya saya tertarik mendengarkan cerita si gadis berwajah Arab itu. Dengan bangganya dia menceritakan bagaimana detik – detik pengumuman nilai rapor. Mata saya pun berbinar – binar ikut bahagia bila murit saya mendapatkan peringkat pertama (yang secara tidak langsung berarti saya berhasil mengajarinya untuk mengulang dan mempersiapkan pelajaran disekolah). Tetapi ditengah – tengah cerita, raut muka saya tiba – tiba berubah saat dia berkata bahwa gurunya menjudge anak yang tidak masuk sepuluh besar sebagai anak bodoh dan tidak mendengarkan bu guru.
            Saya setuju kalau mungkin si murit tidak masuk dalam sepuluh besar, tidak perhatian kepada gurunya (jadi gurunya sensi, jeles dan jutek :P ). Tetapi saya merasa miris bila si guru dengan gamblang mengatakan murit nya “bodoh”. Sejatinya saya percaya bahwa tidak ada murit yang bodoh. Semua murit memiliki potensi untuk menjadi anak – anak bangsa yang pandai. Hanya saja ada murit yng cepat menagkap pelajaran dan ada murit yang lambat dalam menangkap pelajaran. Menurut saya sempit sekali pemikiran seorang guru yang mengatakan bahwa kecerdasan atau kepandaian seseorang itu selalu berpatokan pada nilai tertulis dalam buku laporan bernama ‘rapor’ dan yang tidak masuk dalam sepuluh besar adalah ‘anak bodoh’. Lalu bagaimana dengan orang yang pandai mengaji, pandai melukis, pandai memasak, pandai bernyanyi dan kepandaian yang berbasis skill? Masikah mereka yang memiliki kepandaian semacam itu memerlukan nilai tertulis diatas kertas atau buku kebanggaan bernama ‘rapor’ untuk pembuktian? Tentunya anda setuju jika saya mengatakan tidak. Yang mereka butuhkan bukan lagi hal semacam itu melainkan pembuktian melalui action.
            Masih berbicara mengenai soal pandai, seseorang yang pandai dalam bidang matematika belum tentu pandai dalam bidang olahraga. Seseorang yang pandai dalam bidang fisika, belum tentu pandai dalam bidang seni, seseorang yang pandai kognitifnya belum tentu pandai psikomotoriknya. Intinya tidak ada manusia yang sempurna. Tuhan telah menciptakan setiap individu dengan menitipkan kekurangan dan juga kelebihan. Tak ada satupun orang yang hanya diberi kekurangan dan tak ada stupun orang yang lupa diberi kelebihan. Pasti kita semua pernah mendengar bahwa tak ada manusia yang sempurna, bahkan rasul pun memiliki kekurangan dan kesempurnaan itu memang menjadi milik Allah SWT.
            Pandai tampaknya terihat sebagai hal positif yang didewakan dan diagung – agungkan. Kalau demikian halnya, lalu bagaimana dengan kata – kata pandai di bawah ini:
1.        Pandai berbohong,
2.       Pandai berkelahi,
3.       Pandai mencuri apalagi mencuri uang negara.
Apakah pandai masih tetap menjadi hal positif yang akan bapak dan ibu guru agung - agungkan? Sekali lagi anda pasti setuju kalau saya bilang tidak.
            Sedikit atau bahkan tidak pantas apabila seorang guru mengatakan bahwa muritnya bodoh hanya karena tidak masuk dalam sepuluh besar. Justru seorang guru harus membesarkan hati murit agar mereka lebih semangat untuk berprestasi sehingga kelebihanya yang akan terlihat lebih dari pada kekurangannya dan bukan malah mencela mereka sehingga membuat mereka menjadi ciut nyalinya. Kalau bisa, guru itu harus bisa menjadi motivator hebat bagi muritnya melebihi seorang Mario Teguh. Seperti halnya seorang Andy F. Noya pembawa acara TV ‘Kick Andy’ yang sukses bangkit setelah mendapat motivasi dari guru nya setelah sekian lama menjadi anak broken home.
                        Mengingat bahwa tak ada seorang pun yang sempurna, kita harus terus berusaha untuk memaksimalkan potensi kita. Begitu juga dengan seorang guru. Sebagai guru, sudah sejauh apa guru menggali potensi tiap anak didiknya? Bukankah tugas seorang guru itu tidak hanya mentransfer ilmu atau menyampaikan pelajaran melainkan juga mengembangkan potensi anak ke arah yang lebih baik? Tentunya lagi – lagi anda akan setuju jika saya menjawab iya. Yah, mungkin Ibu guru yang sudah membodoh – bodohkan muritnya tadi kepandaianya melebihi Einstein atau seorang Thomas Alfa Edison. Apabila ibu guru yang cantik itu mungkin membaca tulisan ini, mohon jangan di ulangi lagi yah bu. Sedangkan para Bapak guru, hal ini juga berlaku untuk anda. (che)