Profil Pribadi : Saya lulusan UNESA (Universitas Negeri Surabaya) jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Saya orang yang ramah, pekerja keras, teliti, memiliki motivasi besar untuk berkembang dan maju serta sangat terbuka dan cepat untuk mempelajari hal – hal baru. Saya siap untuk bekerja sesuai target. Saya orang yang mudah bergaul sehingga saya bisa bekerja dengan sangat baik dalam tim ataupun secara individu. Saya juga memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Selain itu, saya dapat mengoperasikan komputer (MS. Office) dan internet. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Riwayat Pendidikan :
1. TK Ma’arif NU Ngaban –
Tanggulangin (1995 – 1997)
2. SDS Ma’arif NU Ngaban –
Tanggulangin (1997 – 2003)
3. SMPN 1 Tanggulangin (2003 –
2006)
4. SMAN 1 Porong (2006 – 2009)
5. UNESA (Universitas Negeri
Surabaya) (2009 – 2013)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pengalaman Bekerja:
1. NATYA ENGLISH PLUS (2011 – 2012)
2. ESLC Sidoarjo (2011 – 2013)
3. HENIALIS (2012 – 2013)
4. PPL UNESA (July 16, 2012 - September 15, 2012)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pengalaman Organisasi :
Fatayat
NU:
1. Anggota (2009 – 2010)
2. Pengurus Ranting dan Anak
Cabang (2009 – 2013)
3. Ketua Ranting dan Pengurus Anak
Cabang bidang Sosial, Seni dan Budaya. (Sekarang)
4. Sekretaris Panitia Peringatan
Harlah Fatayat NU (15 Mei 2014)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Seminar, Kompetisi, Training
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Coffee فه –
booster to share
Rabu, 04 Juni 2014
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Minggu, 13 Januari 2013
BESARKAN HATI PARA PENERUS BANGSA INDONESIA
Oleh : Lailatul Chofifah
15:01 13/01/2013
“Yang
mendapatkan peringkat pertama adalah Si-A, yang mendapat peringkat ke dua
adalah Si-B, yang mendapat peringkat ketiga adalah Si-C, dan yang mendapatkan
peringkat ke sepuluh adalah si Fulan. Yang
tidak termasuk dalam peringkat sepuluh besar adalah anak yang bodoh dan tidak memperhatikan bu guru”.
Begitulah sepenggal cerita yang pada
hari Selasa, 8 Januari 2013 lalu saya dengar dari seorang murit kursus-an saya
yang bernama Nazma. Awalnya saya tertarik mendengarkan cerita si gadis berwajah
Arab itu. Dengan bangganya dia menceritakan bagaimana detik – detik pengumuman
nilai rapor. Mata saya pun berbinar – binar ikut bahagia bila murit saya mendapatkan
peringkat pertama (yang secara tidak langsung berarti saya berhasil
mengajarinya untuk mengulang dan mempersiapkan pelajaran disekolah). Tetapi
ditengah – tengah cerita, raut muka saya tiba – tiba berubah saat dia berkata
bahwa gurunya menjudge anak yang
tidak masuk sepuluh besar sebagai anak bodoh dan tidak mendengarkan bu guru.
Saya setuju kalau mungkin si murit tidak
masuk dalam sepuluh besar, tidak perhatian kepada gurunya (jadi gurunya sensi, jeles dan jutek :P ). Tetapi saya merasa miris bila si guru dengan gamblang mengatakan
murit nya “bodoh”. Sejatinya saya percaya bahwa tidak ada murit yang bodoh. Semua
murit memiliki potensi untuk menjadi anak – anak bangsa yang pandai. Hanya saja
ada murit yng cepat menagkap pelajaran dan ada murit yang lambat dalam
menangkap pelajaran. Menurut saya sempit sekali pemikiran seorang guru yang
mengatakan bahwa kecerdasan atau kepandaian seseorang itu selalu berpatokan
pada nilai tertulis dalam buku laporan bernama ‘rapor’ dan yang tidak masuk dalam
sepuluh besar adalah ‘anak bodoh’. Lalu
bagaimana dengan orang yang pandai mengaji, pandai melukis, pandai memasak,
pandai bernyanyi dan kepandaian yang berbasis skill? Masikah mereka yang memiliki kepandaian semacam itu
memerlukan nilai tertulis diatas kertas atau buku kebanggaan bernama ‘rapor’ untuk
pembuktian? Tentunya anda setuju jika saya mengatakan tidak. Yang mereka
butuhkan bukan lagi hal semacam itu melainkan pembuktian melalui action.
Masih berbicara mengenai soal
pandai, seseorang yang pandai dalam bidang matematika belum tentu pandai dalam
bidang olahraga. Seseorang yang pandai dalam bidang fisika, belum tentu pandai
dalam bidang seni, seseorang yang pandai kognitifnya belum tentu pandai psikomotoriknya.
Intinya tidak ada manusia yang sempurna. Tuhan telah menciptakan setiap
individu dengan menitipkan kekurangan dan juga kelebihan. Tak ada satupun orang
yang hanya diberi kekurangan dan tak ada stupun orang yang lupa diberi
kelebihan. Pasti kita semua pernah mendengar bahwa tak ada manusia yang
sempurna, bahkan rasul pun memiliki kekurangan dan kesempurnaan itu memang menjadi
milik Allah SWT.
Pandai tampaknya terihat sebagai hal
positif yang didewakan dan diagung – agungkan. Kalau demikian halnya, lalu
bagaimana dengan kata – kata pandai di bawah ini:
1.
Pandai berbohong,
2.
Pandai berkelahi,
3.
Pandai mencuri apalagi
mencuri uang negara.
Apakah
pandai masih tetap menjadi hal positif yang akan bapak dan ibu guru agung -
agungkan? Sekali lagi anda pasti setuju kalau saya bilang tidak.
Sedikit atau bahkan tidak
pantas apabila seorang guru mengatakan bahwa muritnya bodoh hanya karena tidak
masuk dalam sepuluh besar. Justru seorang guru harus membesarkan hati murit
agar mereka lebih semangat untuk berprestasi sehingga kelebihanya yang akan terlihat
lebih dari pada kekurangannya dan bukan malah mencela mereka sehingga membuat
mereka menjadi ciut nyalinya. Kalau bisa, guru itu harus bisa menjadi motivator
hebat bagi muritnya melebihi seorang Mario Teguh. Seperti halnya seorang Andy
F. Noya pembawa acara TV ‘Kick Andy’ yang sukses bangkit setelah mendapat
motivasi dari guru nya setelah sekian lama menjadi anak broken home.
Mengingat
bahwa tak ada seorang pun yang sempurna, kita harus terus berusaha untuk
memaksimalkan potensi kita. Begitu juga dengan seorang guru. Sebagai guru,
sudah sejauh apa guru menggali potensi tiap anak didiknya? Bukankah tugas seorang guru itu tidak hanya mentransfer ilmu atau menyampaikan pelajaran melainkan juga
mengembangkan potensi anak ke arah yang lebih baik? Tentunya lagi – lagi anda
akan setuju jika saya menjawab iya. Yah, mungkin Ibu guru yang sudah membodoh – bodohkan muritnya tadi kepandaianya
melebihi Einstein atau seorang Thomas Alfa Edison. Apabila ibu guru
yang cantik itu mungkin membaca tulisan ini, mohon jangan di ulangi lagi yah
bu. Sedangkan para Bapak guru, hal
ini juga berlaku untuk anda. (che)
Langganan:
Komentar (Atom)
